Biografi Nabi Muhammad: Perang yang Pernah Diikuti dan Kewafatan Nabi (Bagian IV-Habis)
Senin, 24 Agustus 2020
Nizar Abazhah dalam bukunya Perang Muhammad, Kisah Perjuangan dan Pertempuran Rasulullah (2011) menjelaskan, ada tiga alasan mengapa Nabi Muhammad sampai berperang.
Pertama, melayani serangan musuh dan mempertahankan diri seperti yang terjadi dalam Perang Badar, Uhud, dan Khandaq.
Kedua, memberi pelajaran terhadap musuh yang mencari gara-gara atau bersekongkol mengganggu kaum Muslim meski sudah ada nota perjanjian atau kerja sama seperti Perang Bani Quraidhah, Khaibar, Muth’ah, dan lainnya.
Ketiga, menggagalkan rencana musuh yang mengancam kaum Muslim Seperti Perang Tabuk dan sejumlah ekspedisi datasemen yang dikirim Nabi ke beberapa wilayah untuk mencegah suku-suku mempersiapkan penyerangan terhadap kaum Muslim di Madinah
Selama kurang lebih sepuluh tahun di Madinah, terjadi peperangan antara pasukan umat Islam dan musuh-musuhnya sebanyak 64 kali. 'Hanya' 26 peperang yang dipimpin langsung Nabi Muhammad, sementara sisanya dipimpin pasukan utusan Nabi.
Nabi Muhammad Wafat.
Nabi Muhammad mulai merasa sakit ketika sedang di rumah Sayyidah Maimunah pada hari Rabu, dua malam terakhir dari bulan Shafar. Pada saat itu, Nabi menderita pening disertai demam. Pada hari-hari terakhir dalam kehidupannya, Nabi Muhammad juga merasakan sakit yang sangat akibat makanan yang dimakan ketika berada di Khaibar beberapa tahun sebelumnya. "Sekarang saatnya aku merasakan terputusnya urat nadiku karena racun tersebut," kata Nabi Muhammad dalam satu hadits, seperti diriwayatkan Bukhari.
Setelah merasa tubuhnya semakin berat dan sakitnya semakin parah, Nabi Muhammad meminta izin kepada istri-istrinya agar beliau dirawat di rumah Sayyidah Aisyah. Semua istri Nabi mengizinkan. Beliau kemudian masuk ke rumah Aisyah pada hari Senin dan wafat pada hari Senin berikutnya. Persisnya, ketika waktu Dhuha sedang memanas pada tanggal 12 Rabiul Awwal tahun 11 H (6 Juni 632 M) di Madinah. Pada saat itu, beliau berusia 63 tahun lebih empat hari.
Beliau dikafani dengan tiga baju (lapis) berwarna putih, bukan berbentuk gamis (kemeja) atau imamah (sorban). Al-Abbas adalah orang yang pertama menshalati jenazah Nabi Muhammad, kemudian diikuti Bani Hasyim, kaum Muhajiri, Anshor, dan umat Islam secara umum.
Nabi Muhammad dimakamkan di tempat dicabutnya ruhnya. Al-Abbas, Ali bin Abi Thalib, Al-Fadhl, kedua putera Al-Abbas: Qatsam dan Syaqran, Usamah bin Zaid, dan Aus bin Huli adalah orang-orang yang turun ke liang lahat untuk menyambut jenazah Nabi Muhammad.
"Di atas makam beliau dibangun tatanan batu bata. Dikatakan tatanan batu bata terdiri dari sembilan batu bata. Kemudian para sahabat mengurukkan tanah, dan menjadikan makam beliau dalam bentuk rata, setelah itu diperciki dengan air di atasnya,," demikian keterangan dalam satu riwayat Al-Hakim Abu Ahmad.