Khutbah Jumat: Dari Tahun Baru ke Tatanan Hidup Baru


Khutbah I 

 اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ جَعَلَ أَفْضَلَ الشُّهُوْرِ بِشَهْرِ الْمُحَرَّمِ، وَالَّذِيْ ابْتَدَأَ الْمُحَرَّمَ مِنْ أَوَّلِ اْلأَعْوَامِ، أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الْكِرَامِ صَلَاةً وَسَلَامًا دَائِمَيْنِ مُتَلَازِمَيْنِ عَلَى مَمَرِّ الدُّهُوْرِ وَالشُّهُوْرِ وَاْلأَيَّامِ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اِتَّقُوْا اللَّهَ وَافْعَلُوْا الْخَيْرَاتِ وَاجْتَنِبُوا السَّيِّئَاتِ. اِتَّقُوْا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَاتَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِيْ الْقُرْأَنِ الْكَرِيْمِ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ فَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَأُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَأُوذُوا فِي سَبِيلِي وَقَاتَلُوا وَقُتِلُوا لَأكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلأدْخِلَنَّهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ ثَوَابًا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الثَّوَابِ 


Ma'asyiral muslimin rahimakumullah,

Wabah Covid-19 telah mengubah tatanan masyarakat dunia. Sekolah, bekerja, bahkan beribadah pun dianjurkan untuk dilakukan di rumah saja. Perubahan tersebut berdampak luas di banyak sektor, baik kesehatan, sosial, maupun ekonomi. Untuk melonggarkan masyarakat dari aturan lockdown ataupun karantina, pemerintah memberlakukan new normal (tatanan normal baru) berkala.

New normal adalah perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal namun dengan menerapkan protokol kesehatan guna mencegah terjadinya penularan Covid-19. Pada masa new normal ini masyarakat diberi kelonggaran untuk menata kehidupan dengan cara-cara yang baru. New normal ini diterapkan tak lain untuk memperkuat sisi kesehatan dan juga ekonomi. Penyesuaian kesehatan dilakukan untuk menekan korban dari Covid-19, sedangkan penyesuaian ekonomi dilakukan untuk menekan korban pemutusan hubungan kerja (PHK) dan memperbarui sosial ekonomi bahkan spiritual.

Tahun baru 1442 Hijriah ini merupakan momentum berharga untuk mendapatkan motivasi hijrah agar hidup lebih normal dan dapat meraih hikmah perubahan-perubahan baru yang produktif dan positif. Harapannya adalah bahwa bulan Muharram ini banyak motivasi hijrah yang bisa dipetik.

Secara hakiki hijrah itu memiliki dua substansi, yakni hijrah makani (perpindahan tempat) yang bersifat jasmani dan hijrah maknawi yang bersifat ruhani. Secara jasmani hijrah makani berarti migrasi dari satu tempat ke tempat lain yang lebih baik, seperti transmigrasi, urbanisasi maupun imigrasi. Sedangkan secara ruhani, hijrah maknawi berarti perubahan dari bodoh ke pintar, dari buruk menjadi baik, dan dari tidak bisa menjadi mampu dan berdaya.

وَمَنْ يُهَاجِرْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يَجِدْ فِي الْأَرْضِ مُرَاغَمًا كَثِيرًا وَسَعَةً ۚ وَمَنْ يَخْرُجْ مِنْ بَيْتِهِ مُهَاجِرًا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ يُدْرِكْهُ الْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ أَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا


“Dan barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka akan mendapatkan di Bumi ini tempat hijrah yang luas dan (rezeki) yang banyak. Barang siapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh, pahalanya telah ditetapkan di sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang” (QS An-Nisa': 100)

Makna hijrah sendiri cukup banyak terdapat dalam Al-Qur'an. Contohnya di surat Al Mudatsir ayat 5 yang bermakna ‘menyingkiri’, lalu di surat Maryam ayat 46 yang berarti ‘meninggalkan’ dan ‘berpaling’, kemudian di surat Al-Muzammil ayat 10 yang mengandung arti ‘menjauhkan diri (dari sesuatu)’.Selanjutnya, surat An Nisa ayat 34 memberi pengertian hijrah yang berarti ‘memisahkan’. Lalu berikutnya adalah surat Ali Imran ayat 194 yang mengandung makna ‘memutuskan hubungan’. 

Dalam konteks sejarah, hijrah diartikan dengan perpindahan Nabi Muhammad SAW bersama sebagian pengikutnya dari Makkah ke Madinah untuk menyelamatkan diri dari tekanan kaum kafir Quraisy, Makkah. Berpindah atau menyingkir untuk sementara waktu dari suatu tempat ke tempat lain yang lebih baik dengan alasan keselamatan, kebaikan, dan kejayaan Islam.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Kapankah tepatnya Baginda Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah? Beragam informasi dijumpai pada kitab-kitab tarikh tentang peristiwa itu. Imam at-Thabari dan Ibnu Ishaq menyatakan, “Sebelum sampai di Madinah (waktu itu bernama Yatsrib), Rasulullah SAW singgah di Quba pada hari Senin 12 Rabi’ul Awwal tahun 13 kenabian atau 24 September 622 M waktu Dhuha (sekitar jam 8.00 atau 9.00).Di tempat ini, beliau tinggal di keluarga Amr bin ‘Auf selama empat hari (hingga hari Kamis 15 Rabi’ul Awwal atau 27 September 622 M dan membangun masjid pertama; Masjid Quba. Pada hari Jumat 16 Rabi’ul Awwal atau 28 September 622 M, beliau berangkat menuju Madinah. Di tengah perjalanan, ketika beliau berada di Bathni Wadin (lembah di sekitar Madinah) milik keluarga Banu Salim bin ‘Auf, datang kewajiban Jum’at (dengan turunnya ayat 9 surat al-Jum’ah). Maka Nabi shalat Jum’at bersama mereka dan khutbah di tempat itu. Inilah shalat Jum’at yang pertama di dalam sejarah Islam. Setelah melaksanakan shalat Jum’at, Nabi SAW melanjutkan perjalanan menuju Madinah.

Data dan fakta di atas menunjukkan bahwa Nabi tiba di Madinah pada hari Jum’at 16 Rabi’ul Awwal atau 28 September 622 M. Sedangkan ahli tarikh lainnya berpendapat hari Senin 12 Rabi’ul Awwal atau 5 Oktober 621 M, namun ada pula yang menyatakan hari Jum’at 12 Rabi’ul Awwal atau 24 Maret 622 M.

Terlepas dari perbedaan tanggal dan tahun, baik Hijriah maupun masehi, namun para ahli tarikh semuanya bersepakat bahwa hijrah Nabi terjadi pada bulan Rabi’ul Awwal, bukan bulan Muharram (awal Muharram ketika itu jatuh pada tanggal 15 Juli 622 M). 

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah,

Di antara hal yang mendorong Rasulullah SAW untuk hijrah ke Madinah adalah ketiadaan bantuan dan perlindungan dari sanak familinya, yaitu setelah wafatnya Abu Thalib dan tampuk kepemimpinan Bani Hasyim beralih ke tangan Abu Lahab yang sama sekali menolak memberi perlindungan kepada beliau. Di samping itu juga, kesediaan penduduk Madinah untuk menerima Rasulullah SAW dan membantu beliau menyiarkan Islam.

Setelah hijrah ke Madinah, posisi Rasulullah SAW dengan sendirinya mengalami perubahan dan perkembangan. Kalau di Makkah beliau hanya berfungsi sebagai Rasul yang mengajak manusia mengesakan Allah SWT, sementara di Madinah beliau berperan tidak hanya sebagai sebagai Rasul tetapi sebagai pemimpin suatu masyarakat yang melahirkan tatanan kehidupan baru.

Periode Madinah adalah masa keemasan Islam yang membanggakan yang berkat kerjasama kaum Muhajirin dan Anshar. Banyak hasil peradaban baru lintas sektoral yang mendatangkan kemajuan umat Islam khususnya masyarakat Madinah itu sendiri.

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah,

Syekh Ibnu Athaillah dalam Al-Hikam menjelaskan:

وانظر إلى قوله صلى الله عليه وسلم فمن كانت هجرته إلى الله ورسوله فهجرته إلى الله ورسوله ومن كانت هجرته إلى دنيا يصيبها أو امرأة يتزوجها فهجرته إلى ما هاجر إليه فافهم قوله عليه الصلاة والسلام وتأمل هذا الأمر إن كنت ذا فهم


“Perhatikanlah sabda Rasulullah SAW, ‘Siapa saja yang berhijrah kepada Allah dan rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya. Tetapi siapa yang berhijrah kepada dunia yang akan ditemuinya, atau kepada perempuan yang akan dikawininya, maka hijrahnya kepada sasaran hijrahnya.’ Pahamilah sabda Rasulullah SAW ini. Renungkan perihal ini bila kau termasuk orang yang memiliki daya paham.”

Dapat dipahami, bahwa motivasi hijrah itu sesuai maksud dan tujuan yang diharapkan. Ada yang bersifat duniawi materi kebendaan dan ada pula yang bersifat ukhrawi ilahiah. Singkatnya, hijrah merupakan akumulasi perubahan dalam segala dimensi kehidupan. Jika dilihat secaraObjektif, maka spirit hijrah Nabi dapat mengilhami semangat hijrah masyarakat yang hidup ditengah era new normal ini.

Pendek kata, ada beberapa motivasi hijrah secara prinsipil yang dapat dipetik dalam menata kehidupan baru di tengah pandemi ini, yakni:

1.  Motivasi Hijrah karena Allah Semata

Banyak kezaliman yang terjadi sebagai imbas pandemi ini, baik KDRT, PHK, Kriminalitas, Penipuan dan konflik sosial telah memantik orang untuk berpikir dan berubah. Ketika hijrah menjadi pilihannya maka sebaik-baik hijrah adalah karena Allah semata. Ia akan mendapatkan manfaat dunia akhirat dengan menyandarkan segala karena lillahi ta’ala.

وَالَّذِينَ هَاجَرُوا فِي اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مَا ظُلِمُوا لَنُبَوِّئَنَّهُمْ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً ۖ وَلَأَجْرُ الْآخِرَةِ أَكْبَرُ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ


Dan orang yang berhijrah karena Allah setelah mereka dizalimi, pasti Kami akan memberikan tempat yang baik kepada mereka di dunia. Dan pahala di akhirat pasti lebih besar, sekiranya mereka mengetahui (QS An-Nahl/16: 41)

2. Motivasi Pindah Tempat (Migrasi)

Yakni motivasi pindah dari satu tempat ke tempat yang lain untuk menghindari kerumunan sosial. Melakukan karantina mandiri dirumah atau pun ditempat kerjaan dengan menjaga jarak tempat satu dengan yang lainnya.

 فَآمَنَ لَهُ لُوطٌ ۘ وَقَالَ إِنِّي مُهَاجِرٌ إِلَىٰ رَبِّي ۖ إِنَّهُ هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ


"Maka Luth membenarkan (kenabian Ibrahim). Dan dia (Ibrahim) berkata, "Sesungguhnya aku harus berpindah ke (tempat yang diperintahkan) Tuhanku; sungguh, Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana" (QS Al-Ankabut/29: 26)

3. Motivasi Mencintai (Mahabbah) dan Kepedulian Sosial (Al-Itsar)

Pada masa pandemi ini dibutuhkan saling peduli. Mencintai dan menyayangi sesama, menolong, berbagi, bahu membahu, bergotong royong meringankan beban satu sama lainnya. Semangat kedermawanan, sakha’, jud ataupun al-itsar sangat penting digalakkan untuk ketahanan sosial dan ketahanan pangan sebagaimana bala bantuan yang dicontohkan kaum Anshar terhadap kaum Muhajirin terdahulu.

وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۚ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ


"Dan orang-orang (Ansar) yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (Muhajirin) atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung" (QS Al-Hasyr: 9).

4. Motivasi Berjuang dan Bersabar

Dampak Covid-19 ini telah merenggut kebahagiaan banyak orang di dunia ini. Sedih, gundah, malas, tak bersemangat membuat kondisi fisik dan psikis menjadi rentan penyakit, baik fisik maupun psikologis. Semangat berjuang dan kesabaran menjadi dua modal utama dalam menghadapi pandemi ini. Dengan modal tersebut, maka Allah akan memberikan kasih sayang kepada setiap hamba-Nya yang diuji namun tetap semangat berjuang dan bersabar.

ثُمَّ إِنَّ رَبَّكَ لِلَّذِينَ هَاجَرُوا مِنْ بَعْدِ مَا فُتِنُوا ثُمَّ جَاهَدُوا وَصَبَرُوا إِنَّ رَبَّكَ مِنْ بَعْدِهَا لَغَفُورٌ رَحِيمٌ


Kemudian Tuhanmu (pelindung) bagi orang yang berhijrah setelah menderita cobaan, kemudian mereka berjihad dan bersabar, sungguh, Tuhanmu setelah itu benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang (QS An-Nahl/16: 110)

5. Motivasi Meninggalkan Kekejian

Problem finansial akibat Covid-19 ini memiliki dampak yang cukup luas. Tunggakan Bank dan rentainer, lilitan hutang yang menggunung, tidak bisa bayar sekolah, kebutuhan pangan yang tak terpenuhi membuat sebagian orang nekat berbuat kriminal. Mencuri, menipu, begal/jambret dan usaha lain yang bisa mendapatkan uang secara instan tampak marak di beritakan media. Bagi orang yang memiliki iman dan religiusitas yang baik, tentu tidak akan melakukan perbuatan keji apapun yang bisa merugikan orang lain. Sebagaimana firman Allah SWT:

وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ


"Dan tinggalkanlah segala (perbuatan) yang keji" (QS Al-Mudatsir/74: 5)

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah,

Mari kita gunakan momentum tahun baru Islam tahun ini sebagai motivasi hijrah untuk menata hidup baru yang lebih baik, produktif dan progresif. Sejarah hijrah yang kaya akan makna penting diteladani dalam konteks kekinian. Pada era new normal ini, masyarakat berjibaku dalam pemulihan sosial ekonomi dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang diatur oleh pemerintah. Al harakah barokah berlaku pula pada hijrah yang barokah, kendati pun di tengah pandemi Corona. Semoga motivasi hijrah new normal ini mendatangkan hidup yang lebih normal secara fisik, psikis, sosial, ekonomi dan bahkan spiritual.

 أَقُوْلُ قَوْلِـيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ يَغْفِرْ لَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ


Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ مُؤَيِّدَ الصَّابِرِيْنَ بِعَزِيْزِ نَصْرِهِ وَمُيَسِّرِ الشَّاكِرِيْنَ لِحَمِيْدِ شُكْرِهِ وَمُوَفِّقِ الْمُخْتَارِيْنَ لِلْقِيَامِ بِاَمْرِهِ اَحْمَدُهُ عَلَى مَا اَنْعَمَ وَاَسْلَمَ لِاَمْرِهِ فِيْمَا حَكَمَ وَاَبْرَمَ اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ مُنْتَهَى الدُّهُوْرِ صَلاَةً دَائِمَةً بِلاَ فَنَاءٍ وَلاَ فُتُوْرٍ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا اَمَّا بَعْدُ: قَالَ تَعَالَى: يَااَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلمُوْنَ وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهَ وَسَلَّمَ: اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَاتَّبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُوْهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ وَاَنْبِيَائِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلاَئِكَتِكَ الْمُقَرَّبِيْنَ وَاَهْلَ طَاعَتِكَ اَجْمَعِيْنَ وَارْضَ مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكِ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَقَاضِيُ الْحَاجَاتِ وَغَافِرُ الذُّنُوْبِ وَالْخَطِيْئَاتِ. اَللَّهُمَّ سَلِّمْنَا وَالْمُسْلِمِيْنَ وَعَافِنَا وَالْمُسْلِمِيْنَ وَاعْفُ عَنَّا وَعَنِ الْمُسْلِمِيْنَ وَقِنَا وَاِيَّاهُمْ شَرَّ مَصَائِبِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ اَللَّهُمَّ ارْزُقْنَا فَهْمَ النَّبِيِّيْنَ وَحِفْظَ الْمُرْسَلِيْنَ وَاِلْهَامَ الْمَلاَئِكَةِ الْمُقَرَّبِيْن. اَللَّهُمَّ انْصُرْ مَنِ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ وَاعْلِ كَلِمَتَكَ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِاَبَائِـنَا وَاُمَّهَاتِنَا وَلِاَوْلاَدِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا وَلِمَشَايِخِنَا وَلِمَشَايِخِ مَشَايِخِنَا وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهَ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ عِبَادَ اللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ يِالْعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَخْسَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا اللهَ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْئَلُوْا مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel