Dialog Rasulullah dengan Para Sahabat tentang Dajjal (2)
Rabu, 18 Maret 2020
Tulis Komentar
Seperti disampaikan sebelumnya bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memperingatkan para sahabatnya akan fitnah Dajjal. Dajjal sendiri adalah sosok yang mengaku sebagai tuhan dan menguji keimanan manusia akhir zaman. Tak sedikit mereka yang kemudian beriman kepada ketuhanannya. Dalam sebuah perbincangan, secara panjang lebar Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menggambarkan bagaimana sepak terjang Dajjal merusak keimanan manusia. Di tenagh perbincangan itu, para sahabat bertanya banyak, “Wahai Rasul, tidakkah kita menentang dan mendustakan Dajjal?”
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menjawab, “Tak ada seorang pun di antara kalian yang mengira akan mampu menentang Dajjal. Ketika fitnah Dajjal datang kepada kalian, kalian akan mengikutinya, tersesat, dan kufur.”
“Kala itu, siapa yang menjadi bukti paling besar di hadapan Dzat Pencipta seluruh alam?”
“Akan ada seorang mukmin yang berani menemui Dajjal, namun dia akan lebih dulu berhadapan dengan para tentaranya. Mereka bertanya, ‘Hendak ke manakah engkau, wahai lelaki?’ Dia menjawab, ‘Sengaja aku mendatangi seorang yang mengaku dirinya tuhan itu.’ Mereka pun terkejut mendengar jawaban lelaki tersebut. Mereka kembali bertanya, ‘Apakah engkau tak beriman kepada tuhan kami?’ Sang lelaki menjawab, ‘Dia bukan tuhan. Tuhan kalian adalah yang menciptakan langit dan bumi. Dia hanyalah orang murtad dan kafir.’”
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melanjutkan, “Mereka pun kian kesal dan menyeru untuk membunuhnya. Begitu semangatnya mereka ingin membunuh. Seandainya tokoh mereka tidak mengingatkan bahwa Dajjal melarang membunuh seseorang sebelum diketahuinya. Akhirnya, mereka mengikat lelaki itu dan membawanya kepada sang Dajjal. Begitu melihat Dajjal, lelaki itu lalu berteriak sekeras-kerasnya, ‘Wahai manusia, janganlah kalian tertipu oleh setan ini. Sebab dia adalah Dajjal sang pendusta, yang mengklaim sesuatu yang bukan haknya. Dialah sosok yang diwanti-wanti oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam kepada umatnya.’ Akibatnya, kemarahan sang Dajjal pun semakin membuncah. Dajjal lalu memerintah para pengikutnya. Dan mereka pun yakin bahwa Dajjal masih menjadi momok yang menakutkan. Mereka lalu menghujani punggung dan perut sang lelaki dengan pukulan. Dajjal kembali memberi perintah kepada bala tentaranya untuk terus menyiksa dan melukai sang lelaki. Namun, lelaki yang disiksa itu semakin bertambah keimanannya.”
Lebih lanjut Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengisahkan, “Bahkan kala itu, Dajjal memerintah para pengikutnya agar menggergaji sang lelaki dari bagian kepala hingga kedua kaki. Setelah terpisah, kedua bagian tubuhnya dijauhkan satu sama lain dan Dajjal berjalan di antara keduanya sambil menunjukkan ketuhanannya. Akibatnya, manusia menjadi tunduk sujud kepadanya dan mengakui kebesaran serta kesombongannya. Sang Dajjal berkata kepada sang lelaki, ‘Bangkitlah!’ Kedua bagian tubuh sang pria pun saling mendekat dan saling menyatu, hingga dia kembali hidup. Dajjal lalu bertanya, ‘Apakah engkau beriman kepadaku sebagai tuhan?’ Wajah sang pria terlihat gembira. Tak lama dia menjawab, ‘Tidaklah bertambah apa pun pada dirimu kecuali sebagai bukti. Sesungguhnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengambarkan kepada kami bahwa engkau akan berbuat demikian kepadaku.’ Setelah itu, pria itu berteriak sekeras-kerasnya, ‘Hati-hatilah, wahai manusia, tak akan ada seorang pun setelahku yang mampu berbuat semacam ini.’ Namun, kali berikutnya sihir Dajjal gagal. Sang pria kembali ditarik oleh Dajjal untuk disembelih. Namun, Dajjal tidak berhasil karena Allah meletakkan logam tembaga di antara kedua lututnya sampai tenggorokannya. Kemudian, Dajjal mengambil kedua kaki dan tangan sang pria lalu melemparkannya. Orang-orang yang hadir mengira jika pria itu dilemparkan ke dalam neraka, padahal dilemparkan ke dalam surga. Dan itu adalah bukti yang paling nyata di sisi Tuhan Pencipta seluruh alam.”
“Wahai Rasul, bagaimana Allah menyelamatkan kami dari fitnah Dajjal?”
“Dalam kondisi itu, Allah akan mengutus saudaraku, Isa ‘alaihissalam agar menjadi busur panah yang mematikan musuh-Nya dan musuh kalian.”
“Di manakah Isa ‘alaihissalam berada, wahai Rasul?”
“Dia berada di langit, diangkat oleh Allah untuk mengelabui kaum Yahudi yang saat itu hendak membunuhnya. Di sanalah Allah memelihara Isa untuk kembali ke bumi pada waktu yang telah ditetapkan-Nya dan untuk perkara yang telah dikehendaki-Nya.”
“Berikah kami gambaran tentangnya, ya Rasul!”
“Dia turun di atas menara putih, sebelah timur Damaskus, dengan berpakaian bagus, seraya meletakkan kedua tangannya di atas sayap kedua malaikat. Ketika menundukkan kepala, tampak air wudhu bercucuran darinya. Ketika mengangkat kepala, terlihat tetesan air turun darinya bagaikan mutiara asli. Tidaklah seorang kafir mencium wangi napasnya kecuali akan meninggal.Wangi napasnya tercium hingga ujung pandangan matanya.”
“Bukanlah pada waktu itu ada jamaah kaum Muslimin?”
“Betul sekali, adalah Al-Mahdi yang akan memenuhi bumi dengan keadilan, setelah sebelumnya penuh dengan kejahatan dan kezaliman. Allah akan menolong kaum Muslimin melalui tangannya. Dia berasal dari keluargaku, putra Al-Hasan ibn Ali. Dialah yang menaklukkan ibukota Romawi, Itali, yang langgeng dengan pasukan kafir Eropa.”
“Mengapa Dajjal membutuhkan banyak negeri, sementara kaum Muslimin di sana kuat?”
“Bukanlah sudah aku katakan bahwa itu adalah fitnah besar, di mana kaum Muslimin banyak yang murtad di tangan Dajjal.”
“Lalu, di manakah Al-Mahdi berada, ya Rasul?”
“Di Al-Quds yang dikepung Dajjal. Dia berusaha menembusnya untuk dijadikan ibukota tetapnya, ibukota Yahudi sekaligus ibukota Dajjal mereka. Namun Al-Mahdi dan bala tentaranya terus mempertahankannya. Mereka berusaha memerangi Dajjal dan pasukannya sekaut-kuatnya.”
“Apa yang akan dilakukan Al-Masîh ‘Isa ‘alaihissalam ketika singgah di Damaskus?”
“Dia akan bertolak dan masuk ke Al-Quds. Di sana Al-Mahdi dan kaum Muslimin mengenali Dajjal. Kaum Muslimin begitu gembira atas kedatangan Nabi Isa. Mereka pun menyerahkan kepemimpinan mereka kepadanya untuk memerangi Dajjal.”
“Apa yang akan dilakukan sang Dajjal saat mendengar Nabi Isa datang?”
“Dia akan lari ke daerah Al-Ludd, sebuah kota di Palestina yang dekat dengan Al-Quds. Namun, Nabi Isa akan mengejarnya dan terus melemparinya dengan tombak. Dajjal akan luluh di hadapan Isa ‘alaihissalam bagaikan garam yang larut dalam air. Saat itu pula, Allah mengangkat segala kesulitan dan kesusahan kaum Muslimin.Nabi Isa ‘alaihissalam juga menceritakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan derajat mereka di surga. Dia mengusap wajah mereka dengan tangan mulianya. Itulah kebahagian terbesar yang mereka rasakan di dunia.”
Demikian kisah yang diriwayatkan oleh Muslim dari sahabat Anas radliyallahu ‘anhu (nomor hadits 2937).
Belum ada Komentar untuk "Dialog Rasulullah dengan Para Sahabat tentang Dajjal (2)"
Posting Komentar