9 Perkara yang Dirahasiakan Allah


Sayyidina ‘Umar ibn al-Khathab menyebutkan ada enam perkara yang dirahasiakan Allah. Namun, Syekh Nawawi menambahkan tiga perkara lainnya, sehingga menjadi sembilan. Kesembilan perkara dimaksud ialah sebagai berikut.

Pertama, keridaan Allah dalam ketaatan para hamba-Nya. Mengapa Allah merahasiakannya? Agar manusia tetap bersungguh-sungguh dalam menjalankan setiap ketaatan. Mereka tidak meremehkan perbuatan taat apa pun, walaupun kecil dan sederhana. Sebab siapa tahu, rida Allah berada dalam ketaatan kecil dan sederhana itu.  (Lihat: Syekh Nawawi, Nasha’ih al-‘Ibad, [Beirut: Darul Kitab al-Islami], tanpa tahun,  hal. 39).

Kedua, murka Allah dalam kemaksiatan para hamba-Nya. Rahasianya adalah agar manusia tetap bersungguh-sungguh menghindari kemaksiatan. Mereka tak sepantasnya meremehkan perbuatan maksiat, walaupun kecil dan tak seberapa. Sebab, tidak ada yang tahu, murka Allah ada dalam kemaksiatan kecil dan tak seberapa itu.

Ketiga, malam Lailatul Qadar di bulan Ramadhan. Rahasianya agar manusia senantiasa menghidupkan seluruh malam di bulan Ramadhan, terutama pada 10 malam terakhir, sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Tujuannya supaya keutamaan malam yang lebih baik dari seribu bulan itu tidak terlewatkan. Bayangkan, pada malam itu, keutamaan ibadah sunah menandingi keutamaan ibadah fardhu. Menunaikan satu rakaat lebih baik dari seribu rakaat. Dan seterusnya.

Keempat, kekasih Allah di tengah umat manusia. Tujuannya agar manusia tidak meremehkan dan menghina seorang pun hamba-Nya. Alih-alih menghina, justru mereka jangan sungkan meminta doanya. Boleh jadi, orang yang dihina atau orang yang dimintai doa itu kekasih Allah yang maqbul doanya.

Kelima, kematian dalam kehidupan. Allah rahasiakan kematian agar manusia senantiasa mempersiapkannya, bukan melalaikan apalagi melupakannya. Tidak ada seorang pun yang diberitahu waktu, tempat, dan sebab kematian. Oleh karena tidak diketahui, mestinya manusia senantiasa siap dan mempersiapkannya. Di antaranya dengan lebih giat beribadah, menyegerakan taubat, dan meridai serta mensyukuri setiap pemberian Allah.

Hikmah lain dirahasiakannya kematian adalah merawat obsesi, keinginan, dan semangat hidup manusia. Bayangkan jika seseorang tahu waktu kematiannya sejak jauh-jauh hari, niscaya dia tak akan bergairah hidup, tak semangat bekerja, dan tak mau mencari dunia. Dia justru akan lebih banyak taat dan mendekatkan diri kepada Allah.

Keenam, shalat wustha dalam shalat-shalat fardhu lainnya. Maksud shalat wustha adalah shalat yang paling baik, paling utama, dan paling besar pahalanya. Dan shalat itu berada di antara shalat lima waktu lainnya. Ada yang mengatakan, shalat wustha adalah shalat ashar, ada pula yang mengatakan berbeda. Namun, Syekah Nawawi mengatakan shalat itu dirahasiakan di antara lima waktu shalat lainnya. Tujuannya agar manusia senantiasa menjaga kelima-limanya, sebagaimana pesan ayat, Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wustha. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu', (Q.S. al-Baqarah [2]: 238).

Ketujuh, ismul a’zham  (nama Allah yang teragung) dalam nama-nama Allah lainnya. Yang masyhur dalam hadis ada 99 asma Allah. Satu di antara 99 asma tersebut adalah ismul a’zham. Siapa pun yang berdoa dengan asma itu akan dikabulkan doanya. Namun, asma itu dirahasiakan agar manusia bersungguh-sungguh membaca semuanya atau berdoa dengan setiap asma-Nya. Sebab, tidak tahu berkat asma yang mana, Allah akan mengabulkan doanya.

Kedelapan, waktu mustajab pada hari Jumat. Rasulullah saw. telah menyatakan bahwa dalam hari Jumat ada waktu mustajab. Tidaklah seorang hamba berdoa pada waktu itu kecuali akan dikabulkan. Apa pun permohonannya akan diperkenankan. Namun, keberadaan waktu itu dirahasiakan Allah. Tujuannya agar manusia tidak menyia-nyiakan setiap waktu di hari Jumat untuk berdoa kepada Allah. Boleh jadi waktu yang dipergunakannya adalah waktu mustajab doa.

Kesembilan, al-sab‘u al-matsani dalam surah-surah Al-Quran. Allah berfirman, Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu al-sab‘u al-matsani (tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang), dan Al Quran yang agung, (Q.S. al-Hijir [15]: 87). Satu pendapat mengatakan, al-sab‘u al-matsani  atau tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang adalah surat Al-Fatihah karena terdiri dari tujuh ayat. Namun, sebagian ahli tafsir mengatakan tujuh surat yang panjang, yaitu Al-Baqarah, Ali ‘Imran, Al-Maidah, An-Nissa', Al 'Araf, Al An‘am dan Al-Anfal, atau At-Taubah. Namun, Syekh Nawawi mengisyaratkan, al-sab‘u al-matsani ini dirahasikan Allah. Hikmahnya agar manusia senantiasa membaca seluruh surah Al-Quran dan tidak mengabaikan surah-surah yang lain.

Demikian sembilan hal yang dirahasiakan Allah sebagaimana yang disebutkan Sayyidina Umar dan ditambahkan Syekh Nawawi. Semoga sekelumit uraian ini kian menambah keyakinan kita dalam beramal saleh di hadapan Allah. Wallahu ‘alam.

Belum ada Komentar untuk "9 Perkara yang Dirahasiakan Allah"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel