Bumi dan Air dalam Kajian Al-Qur’an
Rabu, 22 April 2020
Tulis Komentar
Terkadang, menasehati orang itu susah bila ditunjukkan langsung dengan kalimat yang to the point (langsung mengena). Dalam menyikapi hal itu, terkadang dibutuhkan sebuah perumpamaan-perumpamaan. Orang Jawa sering menyebutnya dengan istilah pasemon.
Pasemon ini dalam Ulumul Qur’an masuk dalam rumpun ilmu al-amtsal fi al-Qur’an, yaitu ilmu yang membahas mengenai perumpamaan (tamtsil) dan pasemon dalam Al-Qur’an. Kajian kita kali ini, berfokus pada bagaimana bumi diciptakan; air bagaimana diturunkan sehingga memberi kehidupan.
Semua ini disampaikan dalam bingkai sebagai tamtsil. Sudah pasti tamtsil ini berkaitan dengan tanda-tanda kekuasaan Allah SWT, zat yang maha hidup, dan menghidupi.
Allah SWT berfirman di dalam Surat As-Sajdah ayat 4:
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ مَا لَكُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا شَفِيعٍ أَفَلَا تَتَذَكَّرُونَ
Artinya, “Allah, zat yang telah menciptakan langit dan bumi serta segala sesuatu yang terdapat di antara keduanya dalam 6 hari, kemudian Dia istawa ‘alal’Arsy. Tiada bagi kalian penolong dan pemberi syafaat selain-Nya. Adakah kalian tiada berpikir?”
Di dalam Surat Qaf ayat 6-8, Allah SWT berfirman:
اَفَلَمْ يَنْظُرُوْٓا اِلَى السَّمَاۤءِ فَوْقَهُمْ كَيْفَ بَنَيْنٰهَا وَزَيَّنّٰهَا وَمَا لَهَا مِنْ فُرُوْجٍ. وَالْاَرْضَ مَدَدْنٰهَا وَاَلْقَيْنَا فِيْهَا رَوَاسِيَ وَاَنْۢبَتْنَا فِيْهَا مِنْ كُلِّ زَوْجٍۢ بَهِيْجٍۙ. تَبْصِرَةً وَّذِكْرٰى لِكُلِّ عَبْدٍ مُّنِيْبٍ
Artinya, “Maka tidakkah mereka memperhatikan langit yang ada di atas mereka, bagaimana cara Kami membangunnya dan menghiasinya dan tidak terdapat retak-retak sedikit pun? Bumi yang Kami hamparkan dan Kami pancangkan di atasnya terdapat gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan di atasnya tanam-tanaman yang indah, untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi setiap hamba yang kembali (tunduk kepada Allah).”
Bumi diciptakan oleh Allah dalam struktur dan tekstur yang berbeda-beda. Perbedaan struktur dan tekstur ini memberikan manfaat yang berbeda-beda pula. Ada bagian yang tandus dan kering. Ada yang subur dengan struktur tanah yang gembur, cocok bila digunakan bercocok tanam. Ada yang kering dan tandus, berpasir, seperti padang pasir.
Ada bagian bumi yang senantiasa diselimuti salju, sehingga karenanya nyaris tidak ada tanaman. Ada pula bumi yang dihuni oleh padang stepa, penuh dengan rerumputan, sehingga cocok bila dipergunakan untuk peternakan. Semua ini adalah gambaran manfaat dari perbedaan struktur dan tekstur bumi.
Allah SWT berfirman di dalam Surat Ar-Ra’du ayat 4:
وَفِى الْاَرْضِ قِطَعٌ مُّتَجٰوِرٰتٌ وَّجَنّٰتٌ مِّنْ اَعْنَابٍ وَّزَرْعٌ وَّنَخِيْلٌ صِنْوَانٌ وَّغَيْرُ صِنْوَانٍ يُّسْقٰى بِمَاۤءٍ وَّاحِدٍۙ وَّنُفَضِّلُ بَعْضَهَا عَلٰى بَعْضٍ فِى الْاُكُلِۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّعْقِلُوْنَ
Artinya, “Di bumi terdapat bagian-bagian yang berdampingan, kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman, pohon kurma yang bercabang, dan yang tidak bercabang; disirami dengan air yang sama, tetapi Kami lebihkan tanaman yang satu dari yang lainnya dalam hal rasanya. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mengerti.”
Bahkan dalam kajian antropologi, ditemukan relasi antara struktur dan tekstur bumi ini dengan kehidupan masyarakat yang menghuninya. Bumi yang kering dan tandus umumnya dihuni oleh masyarakat yang senang melakukan perjalanan niaga.
Inilah bagian dari sifat kemahakuasaan Allah SWT, yang hanya bagi kaum berakal dan mau berpikir serta mentadabburinya saja yang dapat menangkap tanda-tanda kekuasaan itu. Isi dari kajian antropologi ini ternyata disinggung di dalam Al-Qur’an Surat Al-Mursalat ayat 25-26, Allah SWT berfirman mengenai relasi ini:
اَلَمْ نَجْعَلِ الْاَرْضَ كِفَاتًاۙ. اَحْيَاۤءً وَّاَمْوَاتًاۙ
Artinya, “Bukankah Kami jadikan bumi untuk (tempat) berkumpul, bagi yang masih hidup dan yang sudah mati?”
Bumi merupakan bagian dari kehidupan. Ia sanggup menghidupi dan sekaligus mematikan. Saat air menimpa bumi, tanah menjadi basah dan subur. Darinya tumbuh berbagai macam tumbuhan hijau, menghasilkan buah-buahan segar yang bermacam-macam. Air dalam hal ini merupakan ibarat utusan dari Zat yang maha hidup untuk menumbuhkan kehidupan. Allah SWT berfirman:
وَمِنْ اٰيٰتِهٖ يُرِيْكُمُ الْبَرْقَ خَوْفًا وَّطَمَعًا وَّيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً فَيُحْيٖ بِهِ الْاَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَاۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّعْقِلُوْنَ
Artinya, “Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya, Dia memperlihatkan kilat kepadamu untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dengan air itu dihidupkannya bumi setelah mati (kering). Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mengerti.” (Surat Ar-Rum ayat 24).
Jika kita perhatikan dengan seksama bagian dari bumi yang kering dan tandus, maka ia akan menjadi gembur saat Allah SWT menurunkan air ke atasnya. Ia bergerak dan menumbuhkan biji-bijian sehingga bumi yang tadinya kering berubah menjadi penuh dengan hamparan hijauan. Allah SWT berfirman:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنْ كُنْتُمْ فِيْ رَيْبٍ مِّنَ الْبَعْثِ فَاِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُّضْغَةٍ مُّخَلَّقَةٍ وَّغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِّنُبَيِّنَ لَكُمْۗ وَنُقِرُّ فِى الْاَرْحَامِ مَا نَشَاۤءُ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوْٓا اَشُدَّكُمْۚ وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّتَوَفّٰى وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّرَدُّ اِلٰٓى اَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِنْۢ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْـًٔاۗ وَتَرَى الْاَرْضَ هَامِدَةً فَاِذَآ اَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاۤءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَاَنْۢبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍۢ بَهِيْجٍ
Artinya, “Wahai manusia! Jika kamu meragukan (hari) kebangkitan, maka sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu; dan Kami tetapkan dalam rahim menurut kehendak Kami sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampai kepada usia dewasa, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dikembalikan sampai usia sangat tua (pikun), sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang telah diketahuinya. Kamu lihat bumi ini kering. Kemudian apabila telah Kami turunkan air (hujan) di atasnya, hiduplah bumi itu dan menjadi subur dan menumbuhkan berbagai jenis pasangan (tetumbuhan) yang indah.” (Surat Al-Hajj ayat 5).
Semua ini merupakan bukti kekuasaan Allah SWT, yang tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Dalam dunia Biologi, ada keyakinan bahwa untuk menandai bahwa dalam suatu tempat ada kehidupan, maka lihatlah keberadaan air padanya. Jika ada air, maka ada kehidupan. Hasil riset Biologi ini ternyata tidak bertentangan dengan nash Al-Qur’an, yang mana Allah SWT berfirman:
اَوَلَمْ يَرَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَنَّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنٰهُمَاۗ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاۤءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّۗ اَفَلَا يُؤْمِنُوْنَ
Artinya, “Apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulunya menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya; dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa mereka tidak beriman?” (Surat Al-Anbiya’ ayat 30).
Yang unik dari ayat di atas, adalah bahwa keterangan tentang air sebagai penanda adanya kehidupan dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Anbiya’, yaitu surat yang mengisahkan tentang para nabi dan utusan Allah SWT di muka bumi ini. Maha Suci Allah yang telah menurunkan air dengan sifat qudrah dan iradah-Nya, menjalankannya, mendaurkannya dalam daur sistem kehidupan, dengan sifat ilmu-Nya! Daur sistem air ini digambarkan oleh Allah dengan firman-Nya:
هُوَ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً لَّكُمْ مِّنْهُ شَرَابٌ وَّمِنْهُ شَجَرٌ فِيْهِ تُسِيْمُوْنَ. يُنْۢبِتُ لَكُمْ بِهِ الزَّرْعَ وَالزَّيْتُوْنَ وَالنَّخِيْلَ وَالْاَعْنَابَ وَمِنْ كُلِّ الثَّمَرٰتِۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيَةً لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ
Artinya, “Dialah yang telah menurunkan air (hujan) dari langit untuk kamu. Sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuhan. Padanya kamu menggembalakan ternakmu. Dengan (air hujan) itu Dia menumbuhkan untuk kamu tanam-tanaman, zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berpikir.” (Surat Al-Nahl ayat 10).
Maha Suci Allah yang telah menitipkan air ke dalam perut bumi, diserap oleh tumbuhan, masuk ke dalam buah-buahan dan dedaunan, hingga kemudian sampai kepada makhluk-Nya, manusia, hewan ternak, dan binatang melata lainnya, dengan sifat Maha ‘Adil-Nya!
Semua ini hanya bisa diterima oleh kaum berakal yang mau menggunakan akalnya untuk berpikir, sebagaimana dalam firman-Nya dalam Surat An-Nahl ayat 10 di atas.
Gambaran tentang bumi dan air yang sudah dijelaskan di muka, merupakan bukti tanda kekuasaan Allah SWT dalam mengatur kehidupan. Tanda atau rambu ini diberikan dengan tujuan dipahami untuk menambah tebalnya rasa keimanan seorang hamba.
اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيَةً ۗوَمَا كَانَ اَكْثَرُهُمْ مُّؤْمِنِيْنَ
Artinya: “Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman.” (Surat As-Syu’ara ayat 16). Wallahu a’lam bis shawab.
Muhammad Syamsudin, Pengasuh Pesantren Hasan Jufri Putri Pulau Bawean, Jatim
Belum ada Komentar untuk "Bumi dan Air dalam Kajian Al-Qur’an"
Posting Komentar