Jahat pada Alam, Cermin Kekafiran Seseorang


Kekafiran seseorang tercermin dari perilaku jahatnya pada alam; baik kejahatan material seperti merusak lingkungan, mencuri hasil hutan (illegal loging), dan segala jenis perusakan di muka bumi; maupun kejahatan moral, semisal menuruti hawa nafsu, berbuat zalim, melanggar perjanjian, memanipulasi data, dan lain-lain. (Abdurrahman Wahid, dalam buku "Fatwa dan Canda Gus Dur")

KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur tidak menganggap orang yang mengaku beriman secara otomatis baik. Keimanan tersebut mesti dibuktikan dalam wujud perilaku sehari-hari, termasuk dalam relasinya dengan alam. Mengimani Allah sebagai tuhan semesta alam (rabbul 'alamin) seharusnya berbuah sikap peduli terhadap kelestarian alam sebagai bagian dari makhluk Allah. Perilaku jahat manusia terhadap alam menandakan keroposnya iman seseorang yang dalam bahasa Gus Dur disebut "kekafiran".

Gus Dur memaknai kekafiran melintas dari apa yang selama ini dipahami sebagai hal yang berkaitan dengan akidah. Kafir bermakna "tertutup" (dari kebenaran). Dalam pengertian yang luas, segala sikap yang mencerminkan tindak ketidakbenaran termasuk dalam kategori kekufuran. Wallahu a'lam.

Belum ada Komentar untuk "Jahat pada Alam, Cermin Kekafiran Seseorang"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel