Metode Mendidik Anak ala Rasulullah
Kamis, 02 Juli 2020
Mendidik anak merupakan salah satu peran penting bagi orangtua. Anak merupakan anugerah berharga bagi orangtua. Tanggung jawab sebagai orangtua harus mengutamakan pendidikan anak-anaknya. Selain memenuhi kebutuhan jasmani, kebutuhan rohani berupa akhlak mulia harus menjadi hal utama. Karena itu, pola pendidikan terbaik harus dilakukan orangtua demi kemuliaan akhlak anaknya.
Sosok Rasulullah Saw. sebagai uswatun hasanah merupakan figur panutan bagi umat manusia. Beliau bukan saja mengajarkan ibadah mahdhah, seperti salat, zakat, puasa dan sebagainya, melainkan juga memberi teladan tatacara bermuamalah, mengatur keluarga hingga mendidik anak. Maka, bagi para orang tua sangat dianjurkan untuk meniru beliau dalam cara mendidik, mengasuh dan menasihati anak. (hlm. 6)
Buku ini mengajak orangtua melihat tatacara mendidik anak secara tepat seperti telah dicontohkan Rasulullah Saw. Sebagai orang tua harus paham bedanya mendidik anak usia 3 tahun dengan anak usia 15 tahun. Tidak boleh asal dalam bersikap dan cenderung mengabaikan usia tersebut. Maka, teknik mendidik anak yang diajarkan rasulullah layak ditiru. (hlm. 8)
Kemampuan akal seorang anak sangat berbeda dengan orang dewasa, maka harus dipahami secara tepat. Ada tahapan-tahapan yang harus dilalui secara tepat untuk mengenali watak dan karakter anak. Inilah tahap pertama yang harus diutamakan orang tua.
Setidaknya, terdapat tiga jenis anak yang harus disesuaikan model pendekatan mendidiknya. Pertama, usia 0-6 tahun. Usia ini disebut sebagai masa golden age (usia emas). Kedua, usia 7-14 tahun saat anak memasuki usia remaja. Ketiga, usia 15-21 tahun saat anak memasuki masa transisi dari remaja ke masa dewasa. (hlm. 22-23).
Usia 0-6 tahun merupakan masa tumbuh-kembang anak yang begitu cepat. Kemampuan otak di usia ini mencapai 80% untuk menyerap berbagai macam informasi apa saja. Setiap informasi yang diterimanya tentu mempengaruhi dasar pembentukan karakter, kepribadian dan kemampuan kognitif anak. Dunia keceriaan tidak boleh ketinggalan. Karenanya, menciptakan suasana ceria kepada anak berperan penting dan berpengaruh cukup kuat bagi kepribadiannya. (hlm. 23-25)
Ketegasan dan militansi diperlukan sebagai pendekatan untuk mendidik anak usia 7-14 tahun. Tanggung jawab, kemandirian dan kedisplinan merupakan tiga hal yang harus ditanamkan. Caranya, dapat dimulai dengan memisah tempat tidurnya dari orangtua dan juga dipisah dari saudara yang lain jenis kelamin. Pada masa ini pula, orang tua harus tegas untuk menegakkan perintah salat. (hlm. 57)
Dalam hal ini Rasulullah Saw. bersabda:
“Perintahkanlah kepada anak-anakmu untuk (mendirikan) salat (fardhu) ketika mereka berumur tujuh tahun. Pukullah mereka jika meninggalkan salat ketika mereka telah berusia sepuluh tahun, serta pisahkanlah tempat tidur mereka.” (HR. Abu Dawud)
Hadis ini patut menjadi pedoman orang tua dalam mendidik anak usia menjelang remaja. Tegas dalam memberikan arahan dan perintah menjadi upaya untuk menanamkan rasa tanggung jawab. Misalnya, tentang kebolehan memukul anak saat meninggalkan salat. Memukul anak bukan bermaksud untuk menyakiti dan meluapkan amarah, melainkan untuk menanamkan tanggung jawab dan kedisiplinan anak terhadap kewajiban salat tersebut.
Namun, tentu berbeda saat mendidik anak usia 15-21 tahun. Orang tua harus mampu menjadi partner yang baik. Tidak boleh lagi ada pukulan saat anak bersalah. Salah satu teladan Rasulullah Saw. adalah dengan cara memberi nasihat dan wejangan dengan penuh kehangatan dan persahabatan (hlm. 85). Sehingga, anak tetap merasa dihargai dan tergugah kesadarannya kalau dia khilaf telah melakukan kesalahan.
Pada kesempatan lain, rasulullah Saw. menegur anak sekaligus membimbingnya. Sikap ini sebagai bentuk nyata pendidikan yang tidak berhenti pada nasihat atau teguran. Hal ini terjadi ketika ada anak kecil sedang menguliti seekor kambing dan kurang bagus hasilnya. Dengan mengajarinya kembali, Rasulullah Saw. membuat anak tidak selalu salah dan tetap percaya diri untuk memperbaiki kesalahan yang telah dilakukannya. (hlm. 120)
Selain tatacara mendidik anak menurut tingkatan usianya, buku ini seperti “madrasah” bagi orangtua dalam mendidik anak-anaknya. Buku ini telah mendeskripsikan model pendidikan anak yang pernah diterapkan oleh Rasulullah Saw. Oleh karena itu, sudah semestinya para orang tua dapat mengambil banyak pelajaran dari buku ini terkait pendidikan ideal bagi anak-anaknya.
Buku ini sangat tepat untuk orangtua sebagai bekal untuk mendidik anak sesuai dengan nilai-nilai yang pernah diajarkan oleh rasulullah Saw.
Kelebihannya, buku ini sangat runtut menjelaskan metode pendidikan anak sesuai dengan usianya. Adapun kekurangannya, buku ini dinilai kurang dalam memberikan contoh penerapan metode yang ditawarkan.